Beda itu biasa

Apa yang membuat kopi itu istimewa ? Hingga akhir2 ini banyak yang "kecanduan" (addicted) pada kopi?

Eh kalau nulis kecanduan, nanti penggemar kopi akan protes, karena katanya " I'm not addicted to coffee, we're just in commited relationship." ya...ya...ya...lantas apa yang membuat nya berbeda?
entah lah....yang jelas "nyeruput" secangkir kopi asli pasti bikin kopi sachetan seperti minuman beraroma kopi...bisa langsung di lepeh...ya ya ya...aku pun mengalami nya meskipun aku bukan coffee addict...



Bicara soal perbedaan, entah kenapa di dunia maya hal-hal yang berbeda, makin hari makin tajam saja perbedaan nya, yang nota bene bukan makin baik tapi cenderung makin tidak baik. Padahal dari tidak ada hal yang sama persis di dunia ini (kecuali cetakan pabrik), kalau di cari-cari pasti ada aja perbedaannya, meskipun itu kecil.



Dulu pas SD, sekelas cuma aku sendiri yang berbeda agama, alhasil selama 4 tahun tiap pelajaran agama pasti keluar kelas, cari tebu atau cari mente yang jatuh dari pohon. Maklum sekolah nya mewah (mepet sawah). Lalu aku pindah sekolah, bukan karena ga suka menjadi berbeda, tetapi karena di situ nilai agama ku ga jelas asalnya dari mana, jadi nya cari sekolah yang ada pelajaran agamaku. Dan ternyata di sekolah yang baru, aku tidak jadi berbeda sendiri, masih ada temen-temen lain yang seagama denganku. Apa perlu di cari perbedaannya lagi ? Ndak perlu lah, pasti nya ada kalau di cari-cari.


Masuk SMP, sekolahku lumayan jauh perlu naik angsa (angkutan desa) atau colt-diesel atau isuzu atau bus untuk sampai sekolah, waktu tempuh sekitar 20-30 menitan lah, bisa kurang kalau pas ngebut. Hampir semua temen SD ku masuk ke SMP yang sama denganku, jadi masih ada temen nya, ditambah temen2 lain dari berbagai penjuru kawedanan (setingkat 5 kecamatan), karena SMP (katanya) sekolah terbaik di area situ. Lalu apa yang membuatku berbeda ? Entah lah....

Soal agama ? masih tetep minoritas, jadi pelajaran agama di gabung kelas 1,2,3 pada saat sholat jumat. Jadi pas pelajaran agama ya nongkrong di warung, aku karena ga punya uang saku ya ngumpet di mana gitu, atau nunggu ada yang ngajak makan, atau ke warung kalau pas ada duit lebih buat jajan.

Soal mata pelajaran ? aku ga pinter2 amat...yang jelas selama 3 tahun sekolah, peringkat ku ga pernah bisa melewati mbak satu itu, dan untungnya 3 tahun selalu sekelas....padahal kelas 2 sempat di acak kelas nya, herannya kok selalu sekelas sama dia...nasib lah di bawah bayang2 mbak itu.

Jadi apalagi yang berbeda ? ya kalau dicari-cari lagi ada lah, cuman yang paling mencolok rasanya ada 2...yang pertama aku ga pernah di wisuda atau ga ikut acara kelulusan SMP, malah adek ku yang paling cantik yang baru berumur 1 tahun yang menerima piagam kelulusan....yang kedua adalah aku satu2 nya anak SMP itu yang masuk ke sekolah asrama di Magelang...nun jauh di selatan pulau jawa sana...mak , mimpi apa aku semalam padahal lho formulir itu yang kasih temen baik ku yang ikutan daftar, eh malah dia ga di terima...padahal lho yang pinter2 dan badannya seterek banyak yang daftar aku yang mungil ini malah di terima....ya puji Tuhan tho yo...

Masuk SMA, makin susah cari perbedaan nya, atau malah makin mudah ?? yang jelas kami semua ber-317 orang itu berasal dari seluruh pelosok nusantara, waktu itu Timor Timur masih bagian dari NKRI jadi masih ada temen yang berasal dari sana....pastinya semua berbeda, apa masih perlu di cari perbedaannya ? ga perlu lah nya....cukup untuk memperkaya batin dan hidup...bisa mengenal orang dari berbagai macam suku dan daerah di Indonesia....bisa melihat orang Papua ngamuk dan orang Toraja marah-marah....lalu melihat orang Dayak ketawa-ketiwi di pojokan....dan semua masih bersaudara sampai sekarang.

O ya, ini bukan cerita soal perjalanan hidup ya, ini bicara soal perbedaan.....dan menjadi beda itu biasa...yang menjadi masalah itu kalau perbedaan itu makin di pertajam dan menjadi bergesekan, itu yang ga bener.
Kalau soal cerita temen Papua yang ngamuk dan orang Toraja marah sampai mukul lemari.... ah itu biasa, namanya anak muda karena pertandingan bola saja, kebetulan beda tim padahal segraha. Abis itu juga baikan lagi kok....karena perbedaan itu perlu supaya hidup ini indah. Dan perbedaan temen2 itu tidak makin runcing...tidak makin luas hingga mempengaruhi hidup nya, tapi justru makin memperkaya diriku dan temen2 karena kami sadar kami berbeda.
Orang Papua karakternya berbeda dengan orang Toraja, dan berbeda dengan orang Dayak,apalagi sama aku yang orang Jawa ini. Sepanjang kita bisa menerima dan mengakui kalau Dayak itu begitu, Papua begono, Toraja begini pastinya akan ada pemahaman bahwa berbeda itu indah.

Jaman sudah berubah, lain dulu lain sekarang. Era internet di mana segala hal di mudahkan, cenderung "menggeser" pola pikir orang. Jadi nya karena yang dekat di jauhkan, jadi yang di Papua bisa video call dengan yang di Toraja atau di Dayak bisa chat dengan di Jawa secara real time, membuat jarak dan waktu jadi tidak menjadi hambatan.
Tapi sebaliknya, era kemudahan sekarang juga membuat yang dekat menjadi jauh....temen nongkrong bareng2 tapi ga ngobrol malah asik buka HP nya pasang status di socmed, lah katanya kangen2an kok malah diem2an....

Era "dimudahkan" ini juga membuat orang cenderung membaca sekilas tapi merasa tahu segalanya.....
membuat orang tahu banyak hal, tapi tidak benar-benar tahu mengenai hal itu.

Beberapa hari lalu sempet ngobrol sama senior yang 4 tahun di atas ku, beliau nya merupakan pentolan salah satu partai politik dan juga caleg (dprd kalau ga salah), jadi beliau bilang karena baca gadget dan tidak bertatap muka langsung membuat faktor "emosi" dan "mimik muka" jadi hilang. Akibat nya adalah suatu berita atau tulisan, pasti akan berbeda maksud antara penulis dan pembaca nya, di mana semua nya subjective tergantung yang baca, yang bisa jadi berbeda dengan maksud dari penulis.

Tulisan "Makan nasi goreng kambing" bisa berbeda makna nya tergantung siapa yang baca, apa perasaan yang baca dan bagaimana si pembaca melihat sifat penulis nya. Kalau memang pembaca sangat sebal dan benci sama penulis, kalimat itu bisa berarti " Makan nasi goreng, kambing!!" jadinya responsnya pembaca adalah marah2 karena di bilang Kambing.

Jadi perbedaan itu biasa, yang terpenting adalah bagaimana kita MAU dan kita BISA menerima perbedaaan itu dan PAHAM bahwa memang semua orang berbeda. (NW)

Sumber :

  1. Jadikan perbedaan sebagai alat pemerSATU.
  2. Memahami dan menyikapi perbedaan dengan pengertian.

Comments

Popular posts from this blog

Minum Kopi

Metering (Dosing) Pump

DEBEM an AODD Pump